Ngabuburit bersama DIAS: Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem

Pada hari Rabu, 23 Mei 2018, telah dilaksanakan Diskusi Ilmiah Agak Serius (DIAS) di Ruang Negosiasi Cakra. DIAS kali ini membahas tentang keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Presiden Donald Trump melakukan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ini dalam rangka pemenuhan janji kampanyenya. Diskusi ini dimoderatori oleh Demas Nauvarian (HI 2017) dan berlangsung selama kurang lebih 90 menit, mulai pukul 16.00 hingga 17.30. Peserta diskusi yang berjumlah sekitar 25 orang menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi dengan terlibat aktif memberikan pendapat dan pertanyaan.

Diskusi diawali dengan pernyataan pembuka dari moderator tentang kronologi pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem yang dilanjutkan dengan pemaparan hal apa saja yang mungkin melatarbelakangi kebijakan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat tersebut. Beberapa asumsi yang diberikan oleh peserta diskusi seperti Yerusalem merupakan kota suci yang diperebutkan oleh Israel dan Palestina, yang berimplikasi jika Amerika memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem maka hal tersebut secara tidak langsung mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pada dasarnya pemindahan Kedutaan Besar merupakan hal yang wajar, namun karena Amerika Serikat yang notabene merupakan negara superpower yang melakukan hal tersebut ditambah lagi adanya konflik tak berkesudahan diantara Israel dan Palestina, peristiwa pemindahan Kedutaan Besar ini telah menjadi suatu kebijakan yang dianggap kontroversial karena melanggar kesepakatan internasional serta keputusan PBB.

Diskusi berlanjut dengan mempertanyatakan apakah sebenarnya kebijakan ini diambil Presiden Trump semata untuk mempertahankan citra diri Amerika Serikat sebagai negara superpower yang dapat melakukan apapun yang dia inginkan, mengingat belakangan ini pamor Amerika Serikat dianggap menurun. Banyak Presiden sebelum Amerika Serikat yang juga telah menyinggung mengenai permasalahan Israel ini, namun baru di era Presiden Trump di secara terang-terangan Amerika memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem. Pendapat lain dalam diskusi juga meyakini bahwa Presiden Trump ingin mendapatkan kepercayaan kembali rakyat Amerika padanya dengan mengambil kebijakan yang seolah menunjukkan taring Amerika kepada dunia Internasional. Era pemerintahan Presiden Trump diyakini mengarah kepada politik isolasionis dan cenderung jangka pendek.

Berbicara mengenai PBB, PBB dianggap tidak mampu untuk menegakkan keputusan yang telah diambilnya mengenai konflik Israel dan Palestina, dan cenderung sudah  tidak netral lagi, pemindahan Kedutaan Besar Amerika tersebut sesungguhnya telah mencederai General Assembly PBB. Liga Arab yang awalnya dibentuk dengan tujuan untuk mempertahankan Yerusalem dan Masjidil Aqsa sebagai bagian dari Palestina dianggap “tertidur” dan cenderung tidak perduli dengan permasalahan tersebut, Amerika serikat telah memanfaatkan kesempatan ini untuk melaksanakan rencana pemindahan Kedutaan Besar nya ke Yerusalem. Mediasi yang sudah sering dilakukan antara Israel dan Palestina juga dinggap tidak berguna dan terkesan tidak serius karena pada akhirnya akan tetap dilanggar oleh Israel. Adapun beberapa asumsi solusi yang dipaparkan dalam diskusi meliputi pengurangan intervensi terhadap PBB, media dan perantara lainnya. DIAS kali ini diakhiri dengan buka bersama dan menjadi DIAS terakhir untuk Semester Genap 2017/2018. Harapan dari DIAS edisi ini dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa dan meningkatkan minat mahasiswa untuk berdiskusi dan berdialog, tentunya dengan pembahasan berbobot dan menambah wawasan.

-Yohanes William Santoso

Share